“Assalamualaikum wbt. SMS dari abg Usop (abang sulung abah), tadi bapak pergi routine check-up kat hospital. Buat CT-scan dada, doktor kate ada dua pembuluh darah kat jantung dah melebar dan boleh pecah anytime. Sama-samalah kita doakan semoga bapak dilindungi Allah.”
Kaget mendapat sms dari abah di waktu sedang ward-round dengan doktor specialist di Rumah Sakit Umum Salewangang, Maros. Fikiran hilang fokus, apa yang dibicarakan doktor jadi seperti kekicau burung yang sayup-sayup kedengaran. Hatiku pedih, seperti luluh meleleh dari tubuh. Mataku mulai kabur, berat dengan airmata yang tak tertahan.
Terbayang wajah Yai (baca ya-yi = datuk dalam bahasa Jawa) yang mesra. Terakhir aku bertemu Yai tujuh minggu lalu, beliau kelihatan sihat sekali. Makannya penuh selera, bercerita ceria, senyumnya tak pernah lewa. 18 tahun dulu, Yai mendukung tubuh mungilku ke atas skuter hijau miliknya. Aku lengkap berpakaian baju kurung hijau dengan tudung tersarung di kepalaku. Aku berdiri di antara kepala skuter dan tempat duduk, kuat berpegang pada handle motor. Tak sampai 5 minit, kami sampai ke Tadika Islam Kampung Baru. Aku mencium tangan Yai dan masuk menyertai teman-temanku. Begitulah setiap hari aku dihantar dijemput Yai.
Sekarang senyum itu masih hijau dalam memori. Manakan tidak, ia tidak pernah berhenti.
Gagal Jantung
”Jantung yai memang dah lemah, sekarang asyik pengsan-pengsan. Selalu dia tidur je. Pegi toilet pun kena pakai kerusi roda.”, ayahku bercerita di hujung telefon. Setahuku dulu tekanan darah Yai memang rendah, sampai abah pernah konsul kepadaku tentang itu. Jawabku (dengan ilmu teoriku yang sangat minimum) menyarankan supaya Yai diberi minum air garam untuk menaikkan tekanan darahnya.
Setiap kali bertemu Yai, tak pernah aku lihat dia dalam keuzuran atau lemah biar jantungnya semakin lelah bekerja. Tiap kali ditanya pertanyaan ”Yai sihat?”, jawapannya pasti ”Alhamdulillah!” dengan penuh semangat dan ceria. Yai tak pernah mau menyusahkan orang lain.
Lemah jantung? Maksudnya sudah gagal jantung kerana definisi dari penyakit ini adalah kelainan dari struktur atau fungsi dari jantung yang mengganggu kemampuannya membekalkan aliran darah yang adekuat untuk memenuhi keperluan tubuh. Penyebabnya bervariasi dan antara gejala pentingnya adalah bengkak-bengkak (dari kaki, tangan, perut dan wajah), sesak nafas, dan setahuku biasanya mereka akan mengalami tekanan darah tinggi dan bukan sebaliknya.
Kompensasi
Suatu fitrah dalam setiap benda hidup adanya proses kompensasi dan adaptasi dengan setiap perubahan. Manusia yang tidak pintar biasanya akan berkompensasi dengan belajar lebih kuat dari orang yang pintar, pohon yang kekurangan air akan berkompensasi dengan membentuk akar yang lebih panjang untuk menyerap air dari tanah yang lebih jauh, dan jantung yang lemah akan berkompensasi dengan memompa lebih kuat supaya darah sampai ke setiap bahagian tubuh. Rupanya sebelum tekanan darah Yai jadi rendah, ia sempat tinggi sebelumnya sehinggakan beliau diberikan ubat tekanan darah tinggi dari doktor yang merawatnya. Selama ini Yai minum ubat tersebut terus-menerus tanpa menyedari bahawa tekanan darahnya mulai turun secara perlahan-lahan sehingga Yai mudah sekali pengsan setiap habis minum ubat. Rupa-rupanya jantungnya sudah tak mampu lagi berkompensasi.
Klasifikasi gagal jantung menurut New York Heart Association Functional Classification:
• Class I: no limitation is experienced in any activities; there are no symptoms from ordinary activities.
• Class II: slight, mild limitation of activity; the patient is comfortable at rest or with mild exertion.
• Class III: marked limitation of any activity; the patient is comfortable only at rest.
• Class IV: any physical activity brings on discomfort and symptoms occur at rest.
Mendengar dari keadaan Yai sekarang, mungkin gagal jantungnya sudah mencapai kelas III. Doktor yang merawat melihat adanya penanganan untuk Yai iaitu pembedahan janutng, namun melihatkan dari umur Yai yang mencapai 87 tahun ini, beliau melihat lebih banyak kekurangan dari pilihan tersebut. Kurangnya kemampuan untuk proses penyembuhan, risiko untuk gagal yang tinggi dan biaya yang mahal adalah faktor-faktor yang ditimbang oleh doktor untuk tidak menyarankan pilihan tersebut.
Pilihan Terakhir
Mempelajari sendiri tentang gagal jantung di bahagian Internal Medicine sekarang, aku faham dengan perjalanan penyakit tersebut dan sedar ke arah mana sedang ditujui Yai. Cuma emosi yang berfluktuasi membuat aku tidak rasional buat seketika.
“Abah jaga Yai baik-baik tau. Jangan bagi Yai meninggal sebelum Iman balik tau…”
Aku merengek seperti anak kecil. Tapi siapalah yang bisa aku tipu? Seraksasa bintang pun akan berkecai dengan izin-Nya, apatah lagi nyawa seorang hamba. Kami pasrah dan yakin inilah yang telah direncanakan Allah untuk Yai. Apapun terjadi nanti, walaupun aku tak dapat melihatnya buat kali terakhir, aku persiapkan diriku untuk itu. Buat masa sekarang, aku doakan Yai tenang dan kuat menghadapi penyakitnya. Semoga Allah mengampunkan segala dosa-dosanya dan menyediakan sebuah mahligai syurga untuknya.
“Yai, kenal tak siapa yang datang tu?” tanya Nyai (baca nya-yi = nenek) di suatu hari pada awal bulan Januari tahun ini sewaktu aku pulang menziarahi mereka. Kami tersenyum-senyum menunggu jawapan Yai yang semakin mudah lupa.
“Tahulah…anak si Aim(Rahim)!” jawabnya penuh yakin. Kami berderai ketawa. Moga saat berharga itu terus mekar di jiwaku biar dia tiada lagi di sisi kami.
IMAN NAILAH 2009
noradrenaline2001@yahoo.com
3 comments:
lost my grandma to stroke, few years back...a tear drop runs on my cheek but stopped after realizing everything has its time and will leave whenever called by the Creator including you and me~!
yes, health and disease, age, or wealth cud not guarantee our survival and how long we are going to live in this world. We might b next...just that something that happens to older people shud be a reminder to us who usually took it for granted.
thanx 11!
Post a Comment